Pelajaran Menulis Karakter Tokoh dan Lokasi Cerita

Oleh Gol A Gong

Di setiap pelatihan menulis novel, selalu ada yang bertanya, “Saya kesulitan menghidupkan karakter tokoh.” Atau “Bagaimana caranya menggali lokasi cerita, agar menarik?” Nah, ini memang klasik. Jika ingin keluar dari perangkap itu, cobalah diubah dulu anggapan menulis novel itu adalah pekerjaan melamun. Bukan. Menulis novel itu adalah pekerjaan intelektual, sama terhormatnya dengan pekerjaan dokter, dosen, atau insinyur. Selalu ada 3 tahapan, yaitu riset, menulis dan revisi.

Seperti yang sedang saya lakukan. Saya sedang menulis novel “Bulan Bulat Perak”. Maka saya melakukan riset di kota Serang. Saya ingin menghidupkan seorang tokoh mahasiswa yang kritis dan aktif di dunia pergerakan kampus. Saya sedang mencari-cari tempat kosnya. Saya menemukannya di slum area di kota Serang atau di daerah padat di tengah kota Serang, dekat Pasar Induk Rau.

Suatu hari, saya melihat parit besar yang airnya hitam. Tidak jauh ada WC umum yang pintuya sudah rusak. Saya menuliskannya begini:

“Satroni memandangi toilet yang semakin hari semakin rusak saja. Dia harus hati-hati membuka pintunya, karena engselnya sudah terlepas. Jika teman-temannya tahu, sebagai seorang President BEM kampus ternama, hanya mampu ngekos di rumah petak bersama pedangang bakso, siomay, tukang becak, mau disimpan di mana wajahnya ini? Jika hujan lebat, air parit meluap masuk. Kalau malam hari, perempuan murahan di bawah lampu jalanan bermerek asmaul husna, melepas birahi di WC umum sialan ini. Dia muak tapi tidak berdaya. Dia ingin menguliti prilaku walikota yang cuma memikirkan kegiatan balapan motor dan off road saja. Dia ingin mencakar kemunafikan para anggota dewan di kotanya. Huh, janji kampanye seperti orang berak di kebun; setelah puas, lalu kabur.”

Nah, itu salah satu cara menghidupkan karakter tokoh di novel kita. Setting lokasi bisa mendukungnya. Jadi tokoh dan lokasi itu bisa saling mendukung. Selamat mencoba. Jangan lupa riset dulu.