Sayap Sayap Phoenix

PEMESANAN:

• shopee.co.id
• tokopedia.com
• [WA] 089 9003 9003

Awalnya, tak pernah ada niat untuk menerbitan buku. Puisi-puisi yang tercecer di blog dan kanal-kanal media sosial, dimaksudkan hanya sebagai ungkapan pribadi atas berbagai hal atau kejadian terutama yang saya alami sendiri.

Entah kapan tepatnya mulai menulis puisi, tetapi pada suatu sore di medio 2017, saya baru menyadari bahwa jumlah puisi saya telah mencapai angka 100 lebih. Jumlah yang menurut saya sangat banyak untuk seseorang yang tidak punya latar belakang khusus di bidang penulisan kreatif.

Singkatnya, saya merasa buku ini harus terbit. Saya berharap, 99 puisi pilihan yang termuat dalam buku ini bisa menjadi dokumentasi atas siklus hidup yang saya alami: terbang, terbakar, menjadi abu, lahir kembali, dan begitu seterusnya.

[ Syah Sandyalelana ]

__________________

Jika boleh saya katakan, karya Syah ini telah menghanguskan karya-karya Amir Hamzah demi membangkitkan kembali dalam putaran asmara yang tiada henti.
―Irsyad Ridho
[ Dosen Sastra Indonesia, Univeristas Negeri Jakarta ]

Saat membaca “Cinta ini adalah kutukan yang indah…”, saya langsung yakin puisi-puisi Syah ini merupakan kegelisahan hati yang diungkapkan dalam luapan ekspresi yang begitu manis.
―Bowie B. Benyamin
[ Ketua Umum Association Casting of Indonesia, Dosen Broadcast, Universitas Mercu Buana ]

Karya-karya puisi ini memberi gambaran bahwa keseharian kita sudah demikian puitis sehingga tidak perlu lagi kata-kata berbunga untuk mengungkapkannya. Cukup sebuah ungkapan yang jujur dan tanpa pretensi.
―Yuka D. Narendra
Dosen, Peneliti Subkultur

Antara ketulusan hati, kelincahan hari dan kekuatan memori penulisnya. Puisi-puisi dalam buku ini begitu kuat dan memberikan makna tersendiri ba.
―Melati M. Tobing
[ Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Indonesia ]

Kecintaan penulis pada kehidupan tertumpah dalam buku ini. Ia menikmati setiap kelokan tajam, tanjakan terjal maupun turunan curam yang dilaluinya seperti keluwesan seorang penari, namun dirawikan dalam rima.
―Goenoeng Moeljo
[ Pesantren dan Rumah Kebudayaan Surau Kami, Semarang ]