Kilimanjaro, Aku Datang!

“Aku hanya manusia biasa yang selalu bermimpi melakukan hal luar biasa.”
[ Rahmat Hadi, travel writer, penulis buku Kilimanjaro ]

Gol A Gong

Aku mendapat buku Kilimanjaro (Epigraf, 2018) dari Daniel Mahendra awal November 2018. Kubaca pertama kali saat traveling ke Manokwari, 2 hingga 4 November. Kemudian buku itu kuhadiahkan ke seorang Kepala Sekolah di Warmare, Manokwari.

Daniel memberi lagi buku itu di Grand Situ Buleud Hotel, Purwakarta, 19 November 2018. Lalu kubaca hingga tuntas sambil traveling ke Kuningan, Yogya dan Paringin-Balangan juga Banjarmasin. Tanggal 29 November, Kilimanjaro selesai kubaca.

Aku jadi teringat Norman Edwin, Didik Syamsu dan Ogun. Mereka berhasil menaklukkan Kilimanjaro, gunung tertinggi di Afrika. Saat aku jadi wartawan Tabloid Warta Pramuka, beberapa kali menemani Norman Edwin presentasi Seven Summits.

Ada peristiwa aneh saat makan siang di Kompas. Kursi yang dia duduki patah. Tubuhnya yang tinggi besar, jatuh berdebum. Dia tertawa. Lalu, “Setelah gua di puncak gunung, apalagi yang bisa gua lakukan selain bertemu Tuhan?” Aku mendengar kabar Norman dan Didik tewas di Aconcagua (1991) saat berada di Malaysia.

Buku Kilimanjaro ini seolah mematahkan anggapan: jika ingin mendaki gunung di luar negeri itu rumit, harus izin ke sana ke mari. Tidak. Rahmat Hadi, pegawai sebuah perusahaan yang menyediakan alat-alat kesehatan, melakukannya seorang diri. Dia searching di internet, menghubungi travel agent di sana, lalu mendaki.

Tentu beberapa kali Hadi menemui kegagalan. Ditipu tour guide, dananya diminta Ibu untuk umroh, hingga merenovasi rumah. “Jika Mama yang meminta, semua harus mengalah. Mama prioritas utama,” kata Hadi.

Saat pendakian, Hadi ditemani 2 porter. Ada teman sependakian, Chin – perempuan 40-an asal Korea. Suka duka mendaki bersama Chin, tabiat porter dan karakter para pendaki mancanegara, yang menjaga ketat kebersihan jalur pendakian.

Selebihnya, datang ke Rumah Dunia, Minggu 2 Desember pukul 13:00 WIB. Kita dengarkan pengalaman pendakian Rahmat ke Kilimanjaro, yang menghabiskan dana Rp45 juta.