Prasasti Akhir Tahun


Akhirnya tiba pada hari terakhir tahun 2016 dalam kalender Masehi. Itu artinya sudah 9 bulan usia Epigraf. Tentu saja masih muda. Masih belia. Dan sedang lucu-lucunya. Langkahnya pun masih lagi tertatih-tatih. Tetapi, kami ingin terus tumbuh!

Gairah untuk terus tumbuh itulah yang membuat kami tak ingin buru-buru matang, serba tahu, terlebih serba bisa melakukan segala. Kami justru ingin menikmati proses terkecil yang tengah kami rintis. Merasakan tiap tetes keringat yang luruh. Memaknai tiap inci langkah yang kami tapaki.

Itulah mengapa, 9 bulan usia Epigraf, baru 9 judul buku yang terbit dari dapur redaksi (Rumah Tanpa Alamat Surat, Troubadour & Avonturir, Jika, Pendakian Terakhir, Gadih Ranti, 13 [Srikandi Survivor], Kembalinya Penyanggama Cahaya, Matahari! Temani Aku!, Alaya – Cerita dari Negeri Atap Dunia). Memang, ada banyak buku serta jurnal yang turut kami bidani tanpa nama Epigraf. Itu karena di luar konteks penerbit, Epigraf memang sekaligus memposisikan diri sebagai biro jasa penerbitan.

Dimulai sejak terbitnya Rumah Tanpa Alamat Surat pada Maret 2016 dan ditutup oleh Alaya – Cerita dari Negeri Atap Dunia pada Desember 2016. Selama 9 bulan, jika dirata-rata, berarti tiap bulan satu judul buku kami terbitkan. Acara yang telah kami gelar pun masih terhitung sedikit. Masih seputar launching buku, diskusi buku, roadshow buku, serta workshop penulisan. Namun, barangkali itu pula yang tetap membuat kami terus tumbuh serta ogah buru-buru matang, meski memiliki amunisi segudang.

Desember 2016 ini tampaknya memiliki arti tersendiri bagi kami di Epigraf. Sejak Maret 2016, kami memang telah memiliki editor, layouter, serta desain kover tetap. Siapa nyana, pada Desember 2016 ini, bagian keredaksian mendapat kekuatan baru dengan hadirnya Zhibril A sebagai editor. Tak syak lagi, kehadiran Zhibril memberi darah segar bagi kerja keredaksian.

Sejak berdiri, kami mencoba tetap konsisten untuk tidak masuk toko buku besar. Kami menjual sendiri buku-buku kami dengan cara online. Perlahan kami pun mulai bekerja sama dengan Pustaka Tropis Wanadri – Bandung, sebagai perpanjangan tangan untuk mendistribusikan terbitan kami. Belakangan, juga pada Desember 2016, bergabung Sudury Septa Mardiah yang secara khusus menangani pemesanan sekaligus pengiriman buku.

Zhibril dan Sudury termasuk jenis individu yang cekatan, gesit berinisiatif, memiliki segudang pengalaman dalam organisasi, mampu mengelola konflik, bisa bekerja dalam tim, serta tidak baperan. Syarat untuk maju bersama ada pada diri mereka. Tentu saja Epigraf merasa gembira bisa bekerja sama dengan mereka.

Masih di Desember 2016, Epigraf pun mulai menempati ruang kerja baru di Bandung. Tidak mewah. Tidak besar. Juga tidak di kantor bertingkat. Namun cukup kondusif untuk memacu dapur kerja kami saban hari.

Pada Januari 2017, ada buku baru yang bakal terbit dari dapur Epigraf. Yaitu Titik Awal: setiap pejalan punya cerita, sebuah catatan perjalanan karya Zhibril A. Lantas, pada tanggal 6 Februari 2017, bertepatan dengan hari lahir sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer, akan terbit Suatu Hari dalam Kehidupan Pramoedya Ananta Toer karya Alfred D. Ticoalu. Pengantarnya ditulis oleh Muhidin M. Dahlan, serta disunting oleh Daniel Mahendra.

Di penghujung tahun 2016 ini, kami dari Epigraf ingin mengucapkan bertimbun terima kasih kepada semua pihak, baik yang telah maupun yang tengah bekerja sama dengan Epigraf. Bagi kami, mereka bukanlah klien, melainkan sahabat. Sahabat dalam arti sebenarnya.

Semoga apa yang kita lakukan ini ada artinya. Semoga hidup kita tidak berjalan begitu saja. Semoga apa yang kita perjuangkan tidak menguap tanpa sisa. Untuk itulah Epigraf ada. Seperti arti dari epgiraf itu sendiri: menjadi prasasti agar kita tak pernah mati.

Sekali lagi terima kasih. Jaga kesehatan selalu. Tetap kobar dalam menjalani hari-hari. Serta jangan lupa bahagia.

Brace yourself!

― Kang Epi ―
[sep merangkap kerani di epigraf.id]