Informasi Tambahan
Penulis | |
---|---|
Penerbit | Epigraf |
Tahun Terbit | |
ISBN | 978-602-50238-5-9 |
Ukuran | 13 x 19 cm |
Jumlah Halaman | 118 |
Penyelia | |
Pengatak | |
Desain Sampul |
Rp59.900
PEMESANAN:
Ini kumpulan puisi rasa do-gado karena Febriansyah Rifqi, penyairnya, menghadirkan keromantisan, kemarahan, kelucuan, kesedihan, dan kenakalan (bahkan kepada Tuhan) dalam satu paket. Kadang manis kadang pedas. Yang menyenangkan, meski tidak pada semua puisi, dia berhasil mengolah kata menjadi kalimat bernas, antara lain “perahu retak tak harus karam”.
―Budi Maryono, penulis dan penyunting selepas mungkin
Membaca Perahu Retak adalah membaca perjalanan seorang Febriansyah Rifqi. Melalui puisi-puisinya, terasa sekali bahwa ia sedang melakukan perjalanan, pencarian, dan penggalian makna dalam bingkai semesta kehidupan.
―Pay Burman, gitaris BIP
Buku ini seperti oase di tengah kehausan saya akan kata-kata indah dan sarat makna. Sekumpulan puisi yang bernapas tassawuf dan bernuansa sedikit bluesy.
―Cupee’ Sidharta, musisi dan penulis syair Daun Bertasbih.
Perahu Retak bukanlah sekadar kumpulan puisi, tapi lebih pada mengeja dan membaca perjalanan batin seorang manusia, bagaimana Febriansyah Rifqi berusaha mengenal dan berdamai dengan jagad gedhe serta jagad alitnya.
―Goenoeng Moeljo, seorang batur di SurauKami Pesantren Dan Rumah Kebudayaan, Banyumanik Semarang.
: tak akan terkejar kesempurnaan, meski lelah tak berbilang. karena wujud keinginan itu seperti bilangan phi, dengan deret angka yang tak terhingga sebagai desimalnya. itulah sebab, mengapa keinginan sering menjadi pintu masuk bagi kenestapaan: karenanya mari semeleh sejenak, dan biarkan pikiran kita hanyut di kedalaman kumpulan puisi Febriansyah Rifqi: Perahu Retak!
―Guspar Wong, pengasuh Pesantren & Rumah Kebudayaan SurauKami, Semarang.
Penulis | |
---|---|
Penerbit | Epigraf |
Tahun Terbit | |
ISBN | 978-602-50238-5-9 |
Ukuran | 13 x 19 cm |
Jumlah Halaman | 118 |
Penyelia | |
Pengatak | |
Desain Sampul |