Review Novel “Eli & Emil” 2

Oleh Gita Lestari Hanafi

Kalau Bandung punya kisah cinta Dilan dan Milea, Jogja punya kisah cinta Eli dan Emil ini. Pas baca bikin kangen suasana Jogja. Ceritanya beralur maju mundur (cantik), dengan suguhan POV dari Eli dan Emil. Eli, gadis asal Malang yang terpaksa pindah ke Jogja karena risih dengan kelakuan para pemuda yang mengejar-ngejar dirinya. Lulus SMP Eli pindah ke Jogja dan meneruskan jenjang SMA di Jogja. Tapi pada dasarnya gadis cantik, di Jogja juga ya banyak pemuda yang mencoba mendekati dan mencoba menarik perhatiannya. Di Jogja Eli tinggal di rumah Pakde Arif, Bukde Yanti dan sepupunya Dila.

Pas Eli kelas 3, di suatu Senin pagi Eli terlambat masuk sekolah, Eli melihat seorang siswa yang sama-sama terlambat. Rupanya dia Emil, siswa baru kelas 2 pindahan dari Jakarta. Emil pindah ke Jogja karena sudah tidak tahan dengan Jakarta yang pelajarnya sering tawuran dan Emil sering jadi korban padahal dia ga pernah ikut tawuran. Eli dan Emik tidak bisa masuk ke sekolah karena gerbang sudah ditutup dan mereka harus menunggu sampai upacara bendera selesai. Mereka berkenalan seperlunya.

Satu hal yang menarik perhatian Eli, ada tulisan Kotak Amal di saku kemeja putih Emil. Setelah itu mereka tidak pernah bertegur sapa, cuma saling lempar senyum doang pas papasan di sekolah.

Namun takdir mempertemukan mereka kembali karena Emil menjadi guru les Bahasa Inggris Dila, jadilah mereka sering bertemu di rumah Pakde dan jadi sering ngobrol. Dari sanalah keseruan cerita mereka dimulai. Emil yang pendiam ternyata mempunyai sisi lain yang mengejutkan Eli. Sisi bertolak belakang Emil yang selama ini Eli kenal. Siapa sangka Emil si kutu buku ternyata bisa main band jadi vokalis pula dengan aliran musik punk. Banyak lah pokoknya kejutannya. Seru!

Novel setebal 292 halaman ini habis gw lahap eh baca dalam 2 hari saja. Itu juga karena bacanya pas malem mau tidur, pake acara direm karena keasyikan dan pas liat jam udah lewat tengah malam, dipaksain tidur jadinya. Kalau ngga direm, waaah bisa bablas sampai pagi bacanya dan langsung tamat. Pengennya sih dituntasin dibaca langsung pas siang besoknya, apa daya banyak kerjaan (sok sibuk padahal di rumah aja).

Ini review jujur ya, bukan karena salah satu penulisnya adalah suaminya sobat gw. Ceritanya bikin ketagihan dan bikin ga bisa berhenti baca. Apalagi ceritanya diselipin tempat-tempat kuliner beserta nama makanannya yang bikin laper dan makin kangen sama Jogja. Ada bagian-bagian yang mengandung komedi juga jadi ceritanya fresh ga bikin bosen karena ga monoton. Cerita lucu yang paling gw suka waktu Emil dikejar waria waktu mau beli koran tengah malam, hahaha.

Jangan samakan Emil dengan Dilan yang suka bikin gr Milea ya. Cara Emil ngegombal dan nunjukin cintanya tuh anehnya beda sama Dilan. Sama-sama aneh, tapi beda. Duh susah diungkapkan dengan kata-kata, mending baca langsung aja bukunya ya. Jangan lupa beli bukunya dan nikmati kisah Eli dan Emil yang seruuuu.

________________________________

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di goodreads.com [12 Maret 2021].