Satu Tahun Epigraf

Sesungguhnya kami tak pernah benar-benar tahu kapan tepatnya hari jadi Epigraf. Yang pasti, nama ‘Epigraf’ telah dicetuskan sejak bulan Februari 2016. Pada Maret 2016, kami mulai merancang serta menyiapkan segala kebutuhan bagi pendirian sebuah penerbitan. Akta notaris atas nama Epigraf resmi keluar pada 24 Maret 2016. Pada 28 Maret 2016, pendaftaran Penerbit Epigraf untuk pengajuan ISBN divalidasi oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Maka, pada 2 April 2016, materi buku pertama terbitan Epigraf naik cetak.

Jika mengacu pada waktu-waktu tersebut, tak syak lagi, sudah satu tahun Epigraf berdiri. Dalam kurun waktu 12 purnama, 14 judul buku telah diterbitkan. Belum termasuk judul-judul dari penerbit lain yang turut dibidani oleh Epigraf (yang terbit tidak dengan bendera Epigraf). Demikian pula jasa editing, layout, juga desain, yang kesemuanya menggunakan jasa Epigraf.

Tentu saja Epigraf tidak serta merta berdiri secara ideal; seperti berkantor, memiliki prasarana lengkap, serta menggaet karyawan. Sama sekali tidak. Saat awal berdiri, kami malah tak punya printer, scanner, bahkan uang untuk membayar notaris saat harus membuat akta notaris bagi pendirian sebuah badan usaha.

Kami ingat, setiap hendak mengajukan ISBN, kami harus pergi ke rental komputer: mencetak selembar surat pengajuan, ditandatangani, dibubuhi stempel, disalin dengan mesin scanner, lantas kami bawa pulang. Baru kemudian kami kirim via online ke Perpusnas RI. Kami juga ingat, setiap membayar ongkos percetakan, kami harus bolak-balik ATM menggunakan sepeda. Sementara pertemuan dan rapat-rapat dengan editor, layouter, desainer, serta bagian distribusi, kerap kami lakukan di warung kopi.

Barangkali memang begitulah seharusnya sebuah proses berlangsung. Jika segalanya ideal di awal, kami justru khawatir bakal terlena. Kami sepenuhnya menyadari, tak mungkin sebuah usaha berjalan tanpa diselimuti kendala. Hanya saja, kami tak pernah memandangnya sebagai masalah. Melainkan tantangan yang harus kami kejar solusinya.

Ada kalimat yang sangat kami suka dalam film The Sound of Music: “When the Lord closes a door, somewhere He opens a window.” Entah mengapa, selalu ada jalan keluar pada setiap tantangan yang datang. Saat di awal kami tak punya uang untuk operasional ke sana-kemari, ada penerbit yang membayar jasa editing di depan secara penuh. Bahkan ordernya pun belum lagi kami kerjakan. Ketika kami tak punya dana untuk membayar notaris, siapa nyana, sang notaris membebaskan biaya pembuatan akta notaris. Betul-betul nol rupiah! Saat kami belum punya printer, ada seorang sahabat yang baru saja menang lomba foto berhadiah sebuah printer laser, lantas menghadiahkan printer tersebut untuk Epigraf. Itu hanyalah sederet contoh kecil. Pada kenyataannya, ada banyak hal tak terduga selama perjalanan Epigraf satu tahun ke belakang ini. Ya, kami memang sangat percaya pada kebaikan.

Orang-orang awal yang mempercayakan naskahnya untuk diterbitkan melalui Epigraf (seperti Daniel Mahendra, Gusti Ayu Rella Mart Diana Dewi, Jalu Kancana, Kidung Saujana, Nike Rifa, Zhibril A, Salim Dt. Sipado Basa/Fitrani Isaputri, Ganezh Didiek, Imang Susu, Alfred D. Ticoalu, Lila Ayu Arini, serta Muhammad ‘Ogun’ Gunawan), tak pernah kami pandang sebagai klien, melainkan sahabat yang turut membangun fondasi awal berdirinya Epigraf. Tanpa mereka, Epigraf tak pernah punya judul-judul buku seperti yang sudah mereka percayakan pada kami.

Beberapa minggu lalu, sempat terbersit sebuah rencana semacam perayaan ulang tahun. Awalnya dalam bentuk sebuah launching buku di Rumah Dunia, Serang, Banten, pada bulan Maret 2017 ini. Termasuk sebuah diskusi buku di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun semua itu urung kami lakukan. Apa sebab? Ternyata pada bulan Maret ini, jadwal Rumah Dunia begitu penuh. Siapa nyana, pada bulan ini pun tempat acara di KL sangat padat jadwalnya.

Tak apa. Kami selalu yakin bahwa setiap kejadian selalu ada hikmahnya. Siapa yang mengira, pada akhir Maret 2017 ini, buku tebitkan kami bakal di-launching di acara Outdoor Festival 2017 di Jakarta. Bulan April 2017 nanti, pada acara World Book Day di Rumah Dunia, kami malah mendapat waktu khusus untuk menggelar launching buku. Lihatlah, kebaikan datang berduyun-duyun.

Untuk itu, kami ingin menghaturkan bertubi-tubi terima kasih yang begitu besar kepada semua sahabat serta rekan kerja atas kebaikan tak terduga selama ini. Semoga semua ini bermanfaat untuk kita semua. Sekali lagi terima kasih.

Perjalanan satu tahun memang patut disyukuri. Namun tetap: It’s only a beginning!

Salam hangat,
– Kang Epi –