Oleh Rahmat Hadi
Sejak peluncuran 1 November 2018 silam, buku Kilimanjaro – Menapak Atap Afrika (KMAA) semakin gencar menemui pembacanya secara langsung. Sebelumnya KMAA sukses dengan acara Bedah Buku di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin dan acara Bincang Buku di Auditorium Rumah Dunia asuhan Gol A Gong di Serang, Banten.
Di penghujung tahun 2018, KMAA kembali melakukan acara Ngobrol Buku bersama komunitas pembaca, penikmat alam dan pecandu kopi. Tak tanggung-tanggung, dalam kurun waktu 2 minggu, KMAA melakukan road show di 3 kota dan 5 tempat ngopi berbeda. Bandung, Sleman dan Solo.
Kota Kembang Bandung menjadi persinggahan pertama. Mengambil tempat di 2 kedai kopi di bilangan Dago, KMAA berdiskusi dan ngobrol santai dengan pembacanya. Kedai Kopi Kopling alias Kopi Keliling di Jl. Sangkuriang No. 16, Dago, Bandung, acara ngobrol berlangsung santai dalam balutan hawa dingin Sabtu pagi. Peserta ngobrol yang didominasi kalangan muda Kota Kembang. Beberapa pertanyaan seputar cara pendakian ke Gunung Kilimanjaro yang merupakan 1 dari 7 puncak tertinggi di dunia. Antusias peserta tersirat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Perjalanan yang dilakukan sendiri tanpa menggunakan sponsor sepertinya sangat menarik untuk diketahui peserta.
Metode penulisan dan penerbitan buku juga menjadi topik hangat diskusi akhir pekan itu. Bagaimana menjadi travel writer yang unik dan berbeda dengan penulis lain dijelaskan dengan sangat detail dan rinci. Hal itu membuat peserta bertambah antusias. Semua pertanyaan terjawab tuntas hingga acara usai tepat jam 12 Siang.
Selanjutnya acara kedua berlangsung di Nordicc House Coffee, masih di bilangan Dago. Hujan yang mengguyur Bandung menjadikan acara yang seyogyanya dilangsungkan pukul 2 siang, molor hingga 1 jam. Peserta yang didominasi mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Bandung dan kaum penikmat alam. Bahkan ada seorang peserta yang ikut di acara paginya di Kedai Biki Kopling kembali bergabung. Kiki, Mahasiswa Teknik Pangan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, “Masih banyak pertanyaan dan hal yang ingin diketahui dari penulis.” Demikian alasannya.
Acara tanya jawab yang berlangsung sangat hangat harus berakhir menjelang beduk maghrib. Penulis dan tim rahmathadi.com segera meninggalkan Kota Bandung menuju Jakarta dalam balutan hujan deras.
Sleman di D.I. Yogyakarta, Kota Pelajar dan kota sarat sejarah menjadi tempat persinggahan berikutnya. Sama seperti di Bandung, KMAA juga menggelar acara ngobrol buku ini di 2 tempat. Pertama di Kaki Langit Coffee di Jl. KH. Wahid Hasyim, di daerah Condongcatur. Acara berlangsung sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB. Pesertanya bukan hanya dari Yogyakarta, beberapa diantaranya berasal dari Jakarta. Mereka sedang melewatkan libur panjangnya di Kota Gudeg itu.
Pertanyaan yang diajukan bukan hanya seputar pendakian dan penulisan buku tapi juga hal-hal yang berhubungan dengan motivasi dan permasalahan hidup. Bahkan ada salah seorang peserta diskusi sampai menangis. Dia bercerita bahwa buku pertama penulis yang berjudul Menggapai Mimpi ke Puncak Dunia sangat mirip dengan kisah hidupnya yang butuh perjuangan dan kerja keras. Acara foto bersama dan penandatanganan buku menandai berakhirnya acara di Kaki Langit Coffee. Wildan, pemilik sekaligus pengelola Kaki Langit mengucapkan terima kasih kepada tim rahmathadi.com telah memilih Kaki Langit sebagai tempat pelaksanaan acara.
Kopi Aksara, di Jl. Lembah UGM menjadi tempat kedua. Berlangsung Sabtu malam dan dihadiri banyak peserta. Mayoritas mereka adalah Mahasiswa Universitas Gajah Mada. Selain diskusi buku, sajian musik akustik yang diisi oleh pengunjung menjadikan acara diskusi itu sangat santai dan hangat. Salmi, pemilik Kopi Aksara, sengaja menyiapkan wadah bagi pengunjung yang memiliki potensi dan bakat di bidang seni untuk melatih diri untuk tampil di muka umum. Satu tujuan mulia bagi generasi penerus bangsa untuk menyalurkan bakat dan minat dalam hal dan kegiatan positif.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta pun masih sama. Bagaimana melakukan pendakian seorang diri dari Indonesia dan tanpa bantuan sponsor, bagaimana menulis buku secara mandiri serta bagaimana memotivasi diri jika menghadapi tantangan.
“Ini saya berbicara sebagai penulis buku ya, bukan sebagai motivator,” canda Rahmat Hadi sang penulis.
Seperti biasa, acara pun diakhiri dengan foto bersama. usailah sudah rangkaian acara ngobrol buku sambil ngopi di Yogyakarta.
Solo, Kota Keraton nan romantis menjadi tempat persinggahan terakhir rangkaian acara ngobrol buku Kilimanjaro di penghujung tahun 2018 ini. Bertempat di Warung Pejalan di bilangan Jebres, KMAA kembali berbagi cerita. Peserta yang membludak menjadikan acara itu berlangsung hangat. Tak heran, Warung Pejalan yang memang menjadi tempat favorit penikmat alam dan pendaki gunung sudah sering melakukan acara serupa. Meski acara berlangsung jam 9 malam, peserta semakin malam semakin ramai. Diawali dengan pemutaran film dan trailer yang selama ini sudah di unggah di instagram @rahmathadi, peserta diskusi terlihat antusias menyaksikannya.
Pertanyaan demi pertanyaan pun terlontar. Sama seperti di Yogyakarta, beberapa peserta diskusi juga menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan motivasi dan tantangan hidup. Semua dijawab Hadi dengan cara serius maupun seraya bercanda.
Pembagian merchandise dan door prize menjadi penutup acara dan foto bersama tentunya. Usailah Sudah seluruh rangkaian acara ngobrol buku yang sudah berlangsung di 5 kota. Jarum jam menunjukkan angka 12 saat Rahmat Hadi, sang penulis berserta tim rahmathadi.com meninggalkan Warung Pejalan.
Terima Kasih Makassar, Serang, Bandung, Sleman dan Solo. Sampai bertemu di acara berikutnya dengan buku-buku pendakian yang sarat pesan dan motivasi. Terima kasih pula untuk Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Rumah Dunia, Kedai Biji Kopling, Nordicc House Coffee, Kaki Langit Coffee, Kopi Aksara dan Warung Pejalan. Tak lupa ucapan terima kasih untuk Travelnatic dan Penerbit Epigraf yang sudah mendukung acara ini hingga bisa berakhir dengan lancar dan sukses.
________________________________
Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di rahmathadi.com [27 Desember 2018].